Friday, March 28, 2014
The Raid 2 Berandal Penuh Adegan Sadis
The Raid 2 Berandal sajikan adegan action pertarungan yang brutal dan bikin penonton di Amerika minum obat jantung.
The Raid 2 Berandal menyambangi kota-kota di Amerika Serikat sang sutradara Gareth Evans membeberkan cerita menarik saat ia bersama Iko Uwais dan cast lainnya berada disana. Setelah meraih apresiasi bagus saat world premiere di Festival Film Sundance pada Januari lalu, mereka hadir untuk menemani film sekuel The Raid tersebut diputar terbatas di Amerika.
Selama 11 hari itu, mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana reaksi penonton terhadap film yang menghabiskan waktu syuting selama tujuh bulan itu.
"Ada penonton yang pingsan ketika menonton. Walau kemungkinan besar penyebab dia pingsan bukan karena film The Raid 2, tapi karena dia kelelahan akibat perjalanan udara yang panjang. Lalu ada satu penonton yang muntah. Kalau yang ini sudah pasti akibat film The Raid. Dan satu penonton lagi harus meminum obat untuk jantungnya di tengah menonton. Kebetulan jantung dia memang lemah," ungkap Gareth.
Tak mengherankan sebenarnya jika tiga penonton dari negeri—yang industri perfilmannya mencengkeram erat dunia itu—menjadi 'korban' dari film The Raid 2 Berandal. Soalnya, kali ini sutradara Gareth Evans memang lebih jor-jor-an dalam menampilkan adegan-adegan action yang sarat kekerasan. Darah muncrat di mana-mana. Ada tubuh yang ditembus machete, leher digorok pisau cutter, sampai peluru senapan yang menghancurkan kepala.
Maka hal sangat krusial yang harus ditekankan di sini adalah The Raid 2 Berandal bukanlah film untuk ditonton anak-anak. Kalaupun ada anak abege yang ingin menonton, wajib ditemani oleh orangtua maupun kakak-kakaknya. Gareth Evans sendiri mengakui itu. "Please, please, please, jangan bawa anak-anak untuk menonton film The Raid 2 ini. Kami membuat film ini bukan untuk anak-anak. Ada kekerasan di dalam film ini," katanya.
Sekeras apa film The Raid 2? Sebenarnya kita sudah bisa mengira-ngira dari trailer-trailer-nya yang sudah dirilis sejak Januari lalu. Salah satunya bisa ditonton di bawah paragraf ini. Namun rentetan adegan kekerasan yang dipaparkan dalam film The Raid 2 Berandal ini bukan dipaksakan hadir untuk barang jualan. Buktiknya, ada adegan "Gang War" yang sangat keras dan brutal terpaksa dibuang ketika editing. Gareth yang juga menulis skenario dan meng-edit film ini punya alasan kuat.
"Kekerasan di The Raid 2 adalah produk dari karakter dan lingkungan dari ceritanya. Ya, film ini ada kekerasan, tapi kami tidak fokus pada kekerasan itu. Semuanya adalah akibat aksi dan reaksi para karakternya," ujar Gareth.
Semesta cerita The Raid 2 sendiri memang mengizinkan untuk hadirnya beragam tindak kekerasan yang brutal tersebut. Seperti yang kita ketahui dari film pertamanya, Rama (Iko Uwais) berhasil keluar dari apartemen maut itu. Dua jam setelahnya, ia menemui Bunawar (Cok Simbara), komandan polisi satuan antikorupsi yang berupaya membongkar kebobrokan institusi kepolisian.
Bunawar juga ingin mensterilkan kota—yang tak bernama—dari kekuasaan dua kelompok besar gangster, keluarga Bangun (Tio Pakusadewo) dan keluarga Goto (Kenichi Endo) dari Jepang. Kelindan dua keluarga kriminal tersebut dengan tubuh institusi kepolisian membuat kota makin hancur. Kekerasan memang hal yang jamak terjadi di sana.
Karena itu, Bunawar lalu mengajak Rama bergabung masuk ke satuannya. Rama tidak bisa menolak, apalagi nyawa dan keluarganya juga sudah terancam. Maka kali ini Rama punya tugas baru. Ia harus masuk ke penjara dengan menyamar jadi narapidana bernama Yuda demi mendekati Uco (Arifin Putra), anak Bangun yang sedang dipenjara.
Lewat pertarungan-pertarungan sengit di penjara, salah satunya adegan “Prison Riot”, Yuda lalu berhasil mengambil kepercayaan Uco. Ketika dibebaskan, Yuda segera masuk dalam organisasi kriminal Bangun. Ia segera dipercaya Bangun dan tangan kanannya, Eka (Oka Antara). Masalah makin pelik karena Uco tidak sabar untuk mendapat kekuasaan dan wewenang yang lebih besar dari ayahnya.
Ia kemudian bersekutu dengan Bejo (Alex Abbad), pimpinan kelompok gangster lain yang ingin merebut kekuasaan keluarga Goto di kota. Pengkhianatan pun terjadi. Perang antar gang tak terhindarkan. Prakoso (Yayan Ruhiyan) jadi tumbal. Yuda/Rama terjebak di dalam pusaran perang itu, antara berpihak sebagai kriminal, intel, atau seorang suami dan ayah.
Mau tidak mau, sang jagoan kita ini harus bertarung dengan para berandal dan para pembunuh mengerikan dari kelompok Bejo, seperti The Assassin (Cecep Arif Rahman), Baseball Bat Man (Very Tri Yulisman) dan Alicia 'Hammer Girl' (Julie Estelle). Sekali lagi, Rama harus mengerahkan segala kemampuan bela dirinya dan mempertaruhkan nyawa ketimbang mati di tangan para berandal.
Setelah membuat koreografi pertarungan dalam Merantau dan The Raid, kali ini di The Raid 2 Berandal lagi-lagi Iko Uwais bersama Yayan Ruhiyan menyuguhkan aksi bela diri yang mematikan. Tentu saja semuanya berpangkal dari pencak seni bela diri pencak silat. Kedua pria yang aslinya adalah atlet silat ini ternyata sudah sejak jauh-jauh hari membuat koreografi pertarungan untuk The Raid 2 Berandal.
Total tiga tahun mereka habiskan untuk menciptakan seluruh gerakan koreografi bela diri dalam The Raid 2. Gareth Evans juga ingin koreografi pertarungan yang berbeda dari The Raid dan Merantau. Menurut Yayan, sang sutradara mau semua adegan perkelahian dan bela diri dalam The Raid 2 lebih fresh dan menantang.
Malahan, kata Iko, "Sebanyak 95 persen koreografi The Raid 2 sudah jadi sebelum The Raid. Bahkan koreografi ini sudah ada sebelum cerita The Raid yang pertama ada." Ya, materi cerita The Raid 2 Berandal memang lahir lebih dulu dan siap ketimbang The Raid.
Dalam acara Indonesia Filmmakers Gathering saat JiFFest tahun lalu, Rangga Maya Barack-Evans, Direktur PT Merantau Films sekaligus produser eksekutif sekuel The Raid ini, bercerita bahwa sebetulnya ide cerita The Raid 2 lebih dulu muncul. Namun akibat banyak adegannya yang berlokasi di luar ruangan dan tingkat kesulitan teknis syuting yang tinggi, ia dan Gareth lalu mendahulukan untuk bikin The Raid.
"Apalagi ada adegan car chase yang panjang dan membutuhkan para stunt yang berpengalaman. Jadi tak mudah, sehingga pihak Merantau Films memutuskan untuk bikin The Raid dulu yang nyaris seluruhnya syuting di dalam ruangan. Kenapa tidak juga kami bikin The Raid jadi franchise. Sambil Iko dan Yayan tetap membuat koregrafi pertarungan untuk The Raid 2. Makanya sampai tiga tahun," ungkap Maya kala itu.
Yang rumit dan seru bukan hanya adegan car chase, film The Raid 2 Berandal juga menyajikan adegan pertarungan massal yang panjang. Khusus untuk adegan itu, Iko dan Yayan membuat koreografinya sampai enam bulan. Mereka juga mengajak para petarung dan atlet dari berbagai jenis bela diri untuk terlibat dalam adegan "Prison Riot" tersebut.
"Adegan ‘Prison Riot’ itu nggak akan bisa dilupakan. Adegan itu melibatkan 120 fighter yang berantem berbarengan, syutingnya selama 10 hari di Gombong, Jawa Tengah, ada lebih dari 100 kru. Set-nya pun penuh lumpur. Kalau harus diulang, kami semua disemprot air supaya bersih lagi," cerita Arifin, yang alami luka-luka di kakinya akibat adegan berat tersebut.
Adegan “Prison Riot” itu memang sulit. Selain libatkan banyak pemain, Gareth juga ingin adegan ini terekam sempurna oleh kamera yang dikomandoi oleh duo sinematografer, Matt Flannery dan Dimas Imam Subhono. Kesulitan makin bertambah, karena mereka juga memakai teknik long shot untuk merekam adegan pertarungan massal tadi.
Selain itu, penggarapan musik dan tata suara dalam film The Raid 2 Berandal juga tak main-main. Dua hal ini amat berperan dalam menambah kuat unsur ketegangan dalam menonton. Proses post pro audio film ini dilakukan di Skywalker Studio, Lucasfilm, Amerika Serikat. Produser Ario Sagantoro memang menyadari pentingnya suara dan musik tersebut.
Maka, Aria Prayogi dan Fajar Yuskemal kembali berkontribusi untuk menciptakan scoring music bersama komposer Joseph Trapanese. "Kami harus bisa mempertahankan musik yang ada ciri khas Indonesianya untuk dimasukkan ke dalam film The Raid 2," ujar Fajar.
Sumber : www.muvila.com
Labels:
Film Indonesia
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

No comments:
Post a Comment